Selasa, 29 Maret 2016

Jalur Kereta Api Cianjur-Sukabumi

Menteri Jonan Resmikan Jalur Kereta Api Cianjur-Sukabumi



Menteri Jonan Resmikan Jalur Kereta Api Cianjur Sukabumi
Menhub Ignasius Jonan bersama Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meresmikan pengoperasian kereta api perintis Siliwangi lintas pelayanan Cianjur-Sukabumi. Foto: Ricky Susan/Koran Sindo

A+ A-
CIANJUR - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan bersama Gubernur Jabar Ahmad Heryawan meresmikan pengoperasian kereta api perintis Siliwangi lintas pelayanan Cianjur-Sukabumi, Stasiun KA Cianjur, hari ini.

"Kereta Api Siliwangi ini nantinya tidak hanya melayani Cianjur-Sukabumi, semoga bisa ke Padalarang dan Bandung," kata dia di Cianjur, Jumat (19/2/2016).

Pihaknya saat ini tengah giat melakukan reaktivasi sejumlah jalur perlintasan kereta api di berbagai wilayah di Indonesi. Wilayah Jawa Barat, kata dia, menjadi wilayah yang akan dilakukan reaktivasi secara menyeluruh.

"Khususnya di Jawa, ini (reaktivasi) bagian dari upaya pengembangan aktivitas untuk mengurangi beban kemacetan dan beban biaya transportasi lainnya. Bukan hanya Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga kita garap," ujarnya.

Bahkan, lanjut Jonan, pihaknya saat ini tengah membangun jalur kereta api trans Sumatera untuk menggabungkan wilayah Sumatera Barat ke Aceh dan ke wilayah selatan. "Trans Sulawesi dan Kalimantan serta Papua juga akan coba dirintis. Harapan kita, perkeretaapian kita lebih siap sekarang," tuturnya.

Sementara, Ahmad Heryawan menyambut gembira adanya reaktivasi sejumlah jalur perlintasan kereta api di Jawa Barat. Pihaknya siap mengalokasikan anggaran dari APBD untuk mendukung program pemerintah pusat tersebut.

"Terbaru, kita (Pemrov Jabar) telah menghibahkan lahan untuk dijadikan shortcut perlintasan kereta api cepat di wilayah Kabupaten Purwakarta. Itu wujud dukungan kita terhadap perkerataapian di Jawa Barat," katanya.

Aher, panggilan akrab Ahmad Heryawan berharap seluruh rel kereta di Jabar bisa segera diaktifkan kembali. "Kereta api ini sangat bermanfaat bagi masyarakat pada saat kondisi lalu lintas di jalan sudah semakin macet. Kereta api merupakan masa depan transportasi bangsa," tadnasnya.
http://ekbis.sindonews.com/read/1086583/34/menteri-jonan-resmikan-jalur-kereta-api-cianjur-sukabumi-1455856652

Menengok 'Jalur Maut' Saketi-Bayah

Beragam ekspresi diperlihatkan warga di sekitar Pasar Saketi, Pandeglang, saat melihat rombongan "Napak Tilas Jalur Kereta Saketi-Bayah" tiba di sana pada Senin, 21 September 2015. Ada yang cemas, senang, pasrah, sinis, tak ramah, juga menutup diri saat disapa. "Memang akan diaktifkan kembali ya keretanya. Kapan?" tanya seorang pemilik warung dalam bahasa Sunda saat majalah detik singgah untuk membeli minuman ringan.

Ia mengaku senang bila jalur kereta yang dibangun pada masa pendudukan Jepang itu aktif kembali. Sebab, mobilitas warga akan lebih mudah karena mendapatkan alternatif sarana transportasi. Tapi di wajahnya juga tergores kecemasan akan nasib keluarganya yang sudah berpuluh tahun menempati lahan milik PT Kereta Api Indonesia. "Kira-kira kami dapat ganti rugi atau diusir seperti warga Kampung Pulo di Jakarta?" si ibu kembali bertanya.

Jalur Saketi–Bayah di Banten Selatan sepanjang 89 kilometer merupakan lintas cabang dari lintas Rangkasbitung-Labuan. Jalur ini sudah tidak aktif selama sekitar 60 tahun. Lahan maupun jalurnya sudah banyak yang rusak, beralih fungsi, dan ditempati menjadi permukiman warga. Bangunan Stasiun Saketi, misalnya, saat ini ditinggali dan dirawat oleh Mumu Mudjaya, menantu mantan Kepala Stasiun Saketi, Jasuri. Sedangkan di sepanjang jalur rel berdiri puluhan rumah warga dan pasar.

Jalur Saketi-Bayah (foto: Dikhy Sasra)


Menurut mantan Ketua Indonesian Railway Preservation Society Aditya Dwi Laksana, yang memandu acara Napak Tilas, pembangunan jalur rel kereta sepanjang 89 kilometer dari Saketi ke Bayah dilakukan selama 14 bulan, yakni mulai Februari 1943 hingga Maret 1944. Puluhan ribu romusa yang didatangkan dari Purworejo, Kutoarjo, Purwodadi, Semarang, dan Yogyakarta dikerahkan untuk pembangunan proyek tersebut.

Jepang membangun jalur ini untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kereta api dan kapal laut. Di Bayah terdapat lokasi tambang batu bara yang belum dieksplorasi oleh Belanda. Potensinya 20-30 juta ton dengan ketebalan 80 sentimeter. "Mulai 1 April 1943, Jepang mengeksploitasi tambang batu bara lewat perusahaan Sumitomo," ujarnya.

Saat tiba di Bayah, majalah detik bersama rombongan Napak Tilas, yang berjumlah 50 orang, tak melihat lagi sisa bangunan bekas stasiun di sana. Area stasiun telah berubah menjadi lapangan sepak bola dan sekolah dari tingkat dasar hingga menengah atas. Permukiman warga pun umumnya sudah dibangun permanen. Dari jarak sekitar 200 meter, debur ombak Samudra Hindia jelas terdengar dan terlihat putih bergulung-gulung.

Jalur Rel mati (foto: Dikhy Sasra)


Di Malingping, pertengahan antara Saketi dan Bayah, pun kondisinya nyaris serupa. Yang tersisa di sana tinggal fondasi bekas peron stasiun dengan beberapa pohon kelapa tumbuh di sana. Sementara itu, sekeliling area bekas stasiun sudah sejak berpuluh tahun menjadi lahan persawahan.

Meski begitu, sejumlah tokoh masyarakat di sana menyampaikan harapan agar jalur kereta api Saketi-Bayah bisa diaktifkan kembali. Bukan sekadar untuk nostalgia, tapi memang bisa menjadi alternatif kendaraan yang lebih murah dan cepat ketimbang lewat jalan raya.

"Jadi, kalau bagi kami, sih, kunjungan Bapak-Ibu sekalian sebaiknya tidak sekadar napak tilas, tapi apa yang diperjuangkan setelah itu. Kami senang sekali bisa jalur ini bisa hidup lagi," kata Sekretaris Camat Bayah Ali Rachman.

Kepala Laboratorium Transportasi Universitas Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, yang turut dalam rombongan Napak Tilas, menilai tuntutan semacam itu tidak berlebihan. Sebab, di dekat Pulau Manuk, Bayah, kini telah berdiri pabrik Semen Merah Putih, ada perkebunan sawit di jalur Saketi-Malingping, serta obyek wisata Sawarna sekitar 8 kilometer dari Bayah. "Reaktivasi jalur-jalur kereta api yang melintasi kawasan pedesaan seperti Saketi-Bayah ini pada gilirannya akan menghidupkan roda perekonomian di pedesaan," ujarnya.

Foto: Dikhy Sasra


Selain jalur Saketi-Bayah, masih ada jalur lintas Rangkasbitung-Labuan sejauh 56 kilometer, yang menurut Djoko mendesak untuk diaktifkan kembali. Dulu di jalur ini, puluhan kilogram ikan dari Labuan diangkut menuju Stasiun Tanah Abang, yang berjarak 129 km. Dari Tanah Abang, kereta biasanya mengangkut garam untuk keperluan pembuatan ikan asin di Labuan. Labuan sebagai penghasil ikan dapat menjadi pemasok konsumsi ikan bagi warga Jakarta.

Di jalur Rangkasbitung-Labuan terdapat Stasiun Pandeglang, Saketi, dan Menes. Kondisi stasiun tersebut masih berwujud bangunan, meski tidak seutuh seperti dulu.

"Dengan diaktifkannya jalur ini, dapat diteruskan ke lintas cabang dari Saketi ke Bayah sejauh 89 km," kata Djoko.

Di samping itu, di dekatnya sudah dikembangkan kawasan industri dan pariwisata Tanjung Lesung yang cukup terkenal. Selain rencana membangun jalan tol dari ruas Jakarta-Merak, tidak ada salahnya dibangun pula jalan rel dari Labuan atau Menes.

Tersedianya jalan rel menuju Tanjung Lesung cukup mendukung distribusi barang dan pengembangan pariwisata di Provinsi Banten. Dengan mengaktifkan jalan rel, ada alternatif mobilitas bagi warga selain melalui jalan raya.

Hanya, dalam Rancangan Induk Perkeretaapian Nasional yang disusun Departemen Perhubungan pada 2011, tidak dicantumkan jalur Saketi-Bayah untuk diaktifkan kembali. Rancangan itu hanya mencantumkan 12 jalur kereta api mati yang akan diaktifkan kembali, yaitu jalur Sukabumi-Cianjur-Padalarang, Cicalengka-Jatinangor-Tanjungsari, Cirebon-Kadipaten, Banjar-Cijulang, Purwokerto-Wonosobo, Kedungjati-Ambarawa, Jombang-Babat-Tuban, Kalisat-Panarukan, Semarang-Demak-Juana-Rembang, Madiun-Slahung, Sidoarjo-Tulangan-Tarik, dan Kamal-Sumenep.
http://news.detik.com/berita/3030879/menengok-jalur-maut-saketi-bayah/1

Penyebab Jalur KA Bogor-Sukabumi Longsor karena Tanah Labil

Senin, 21 Maret 2016 — 18:53 WIB
Jalur KA longsor sehingga perjalanan KA Bogor-Sukabumi terhenti
Jalur KA longsor sehingga perjalanan KA Bogor-Sukabumi terhenti
BOGOR (Pos Kota) – Penyebab jalur Kereta Api Diesel (KRD) Parahyangan jurusan Bogor-Sukabumi longsor diduga kuat karena konstruksi tanah wilayah Cigombong yang labil tidak kuat lagi menahan gempuran hujan dalam intensitas tinggi.
Tanah amblas terjadi di perlintasan kereta api Bogor-Sukabumi ini berada di KM 11+9 tepatnya di Cigombong, Kabupaten Bogor. Pelayanan KRD Bogor-Sukabumi sudah dihentikan selama tiga hari kedepan.
Darmin, Kepala Stasiun Besar Bogor mengatakan, perjalanan kereta api Bogor-Sukabumi dibatalkan semua, akibat longsor pada bantaran rel.
“KRD Parahyangan jurusan Bogor-Sukabumi tiga hari kedepan tidak beroperasi,”kata Darmin saat ditemui di Bogor, Senin (21/3).
Ia mengaku, proses perbaikan dilakukan dengan melibatkan bantuan dari berbagai instansi.
Darmin berharap, proses perbaikan bisa lebih cepat selesai. Hal ini agar masyarakat tidak dirugikan dalam waktu lama.
Sebanyak 50 orang bekerja di lokasi untuk proses perbaikan rel. Mereka dibantu alat berat yang di turunkan ke lokasi.
Walau demikian, Darmin mengaku, memperbaiki rel kereta itu tidak bisa cepat. Perbaikan bantalan rel, harus maksimal dan harus di jamin benar-benar aman, saat di lintasi usai diperbaiki.
“Jalur perlintasan kereta api Bogor-Sukabumi memang rawan longsor. Sehingga perlu perhatian lebih demi keselamatan penumpang. Jalur ini berbeda dengan perlintasan di daerah lain. Tanah di jalur ini labil, sehingga rawan terjadi longsor,”paparnya.
Akibat pembatalan pada hari Senin (21/3) ini, lanjut Darmin,834 tiket yang sudah terjual, harus di kembalikan.
“Rincian 834 tiket ini yakni, 248 tiket dengan penumpang untuk tiga kali pemberangkatan dari Bogor menuju Sukabumi. Lalu 586 tiket dari tiga kali pemberangkatan Sukabumi menuju Bogor. Seluruh tiket kami ganti utuh,”ujarnya.
Ia menegaskan, tanah di perlintasan. KRD amblas pada Minggu (20/3) malam.Penumpang setia kereta api, langsung mendapat pelayanan transportasi pengganti lewat jalur darat.
http://poskotanews.com/2016/03/21/penyebab-jalur-ka-bogor-sukabumi-longsor-karena-tanah-labil/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar